Workshop Membaca Wariga

Revitalisasi Pengetahuan Adat untuk Menjaga Alam dan Pangan

Senaru, Lombok Utara – Dalam rangka memperingati International Day for World’s Indigenous Peoples, Badan Pengelola Geopark Rinjani-Lombok bersama Santiri Foundation, Sekolah Adat Bayan, dan Universitas Mataram (KHDTK Senaru) menggelar Workshop Membaca Wariga pada 9–10 Agustus 2025 di Desa Adat Senaru dan Desa Loloan, Kecamatan Bayan, Kabupaten Lombok Utara.

Wariga merupakan sistem penanggalan tradisional masyarakat adat Sasak Bayan yang selama ratusan tahun menjadi panduan waktu dalam aktivitas pertanian, perikanan, ritual adat hingga navigasi cuaca dan arah. Namun, seiring modernisasi dan perubahan iklim, eksistensi dan akurasi wariga menghadapi berbagai tantangan. Workshop ini bertujuan untuk mendokumentasikan, memperkuat pewarisan pengetahuan, serta mendorong rencana aksi bersama pelestarian warisan budaya tak benda tersebut.

Kegiatan dibuka secara resmi di Bale Adat Senaru dengan sambutan dari General Manager Geopark Rinjani-Lombok Qwadru P. Wicaksono, Direktur Santiri Foundation Tjatur Kukuh S., dan Kepala Desa Senaru Raden Akria Buana. Kegiatan dilanjutkan dengan penandatanganan Nota Kesepahaman antara Geopark Rinjani-Lombok dan Santiri Foundation sebagai komitmen bersama pelestarian budaya dan pengetahuan lokal.

Melalui sesi diskusi dan ekskursi budaya-geologi, peserta yang terdiri dari pemuda adat, pegiat budaya, akademisi, para tokoh adat serta masyarakat umum diajak memahami cara membaca Wariga dan konteks penerapannya dalam menjaga keseimbangan lingkungan dan ketahanan pangan. Lokasi ekskursi meliputi Hutan Adat Gedeng Lauk, permukiman adat Loang Godek, dan KHDTK Senaru.

Workshop ini juga mempertemukan tokoh adat, akademisi, dan pemuda pelestari budaya seperti Amaq Rinadi, Raden Apriadi, Meliawati (Geopark Rinjani-Lombok), Ar. Ardi Yuniarman, hingga komunitas muda Yo’ra Hero. Salah satu peserta, Gendewa Tunas Rancak dari UNU NTB, juga memperkenalkan inisiatif digitalisasi wariga untuk mendukung adaptasi budaya di era teknologi.

Melalui kegiatan ini, disepakati pula rekomendasi aksi lanjutan, termasuk penguatan dokumentasi, pendidikan, dan kampanye lintas platform untuk melestarikan Wariga dan pengetahuan adat lainnya di Bayan. Workshop ini menjadi tonggak penting untuk merajut kembali hubungan manusia dengan alam melalui nilai-nilai lokal dan pendekatan ilmiah berbasis komunitas.
Kegiatan selanjutnya yaitu mengunjungi pawang adat montong gedeng di desa loloan yng merupakan hutan adat di wilayah pesisir.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *