Santiri,2/05/2018. Hari ini (2 Mei 2018), Nelayan di pesisir utara pulau Lombok tepatnya di dusun Jambianom, desa Medana kecamatan Tanjung – Kabupaten Lombok Utara mulai mempersiapkan Tradisi perayaan Nyawen laut atau acara sedekah laut. Acara ini dimaksudkan sebagai ucapan terimakasih nelayan kepada sang Pencipta yang telah memberikan rezeki melalui laut. Acara dilakukan selama 2 hari mulai tanggal 2-3 Mei 2018. Tanggal 3 merupakan puncak acara Nyawen laut, setelah tanggal ini maka diadakan penutupan laut yang artinya tidak ada kegiatan melaut selama waktu yang di tentukan, bisa 3 hari sampai 1 bulan, fungsinya agar kondisi laut dapat terjaga. Selain perayaan nyawen laut ini, pada hari jumát setiap minggu di wilayah dusun Jambianom juga diadakan kegiatan bersih kampung dan berhenti melaut. Rangkaian dari kegiatan ini yaitu perayaan pembukaan laut, dimana para nelayan sudah dapat kembali melaut yang akan diadakan pada hari minggu, tanggal 6 Mei 2018. (Wa2n)
Santiri, 30/04/2018. Ritual nyawen adalah ritual pembuangan sesaji ke laut sebagai bentuk rasa syukur kepada sang kuasa karena laut merupakan sumber rejeki bagi masyarakat pesisir. Sebelumnya ritual ini pernah dilakukan pada tahun 2007 dan 2016. Namun masyarakat pesisir telah memilih waktu selang dua tahun sekali dalam melakukan ritual nyawen. Untuk pemilihan waktu dalam penentuan hari dilakukan oleh para orangtua melalui musyawarah, dan tahun ini 2018 merupakan tahun dilaksanakannya kembali ritual nyawen. Tujuan utama dari ritual ini adalah sebagai prosesi perayaan selamatan kampung dan pelabuhan laut teluk Jambianom.
Persiapan yang dilakukan dalam selamatan kampung dan laut ini tidak lain adalah sebuah ungkapan rasa syukur kepada sang kuasa atas apa yang selama ini diberikan yaitu berupa rejeki, kesehatan, keselamatan, dan kebahagiaan. Oleh sebab itu, rasa syukur tersebut dihargai oleh masyarakat dengan melakukan syukuran atau bersanji (selak
Wawancara dengan narasumber
aran) dan zikir bersama di pinggir pantai sembari dibarengi dengan doa memohon segalanya kepada sang kuasa. Sebelum ritual dilaksanakan, prosesi pengaturan sesaji atau syarat-syarat yang akan dipersembahkan kepada penghuni laut. Orang yang memimpin acara ritual adalah seorang sandro atau belian. Ada beberapa yang dipersiapkan oleh sandro dalam memipin ritual yaitu Buah sesaji yang khusus dibawa ke tengah laut dan 2 buah ancak yang akan ditanam di sebelah barat dan timur kampung di pinggir pantai. Sebelum semuanya dilakukan adapun berbagai persiapan yang harus diperisapkan oleh masyarakat setempat diantaranya seperti:
Pembersihan kampung dan pesisir atau pinggir pantai
Membuat rakit dengan 2 buah sampan dan menghias sampan tersebut
Menunjuk siapa menjadi anak bone: 14 orang anak bone yaitu 7 anak laki-laki dan 7 anak perempuan yang belum balig
Membuat ancak
Membuat atau mengumpulkan bahan-bahan yang diperlukan seperti:
1 ekor kambing
½ gram emas
2 buah pisang (pisang tawak dan pisang susu)
1 ikat padi bulu
2 kg beras ketan
Sirih
Tembakau, kertas rokok
Beras untuk membuat jajan cucur
Lilin 2 pack
Janur
Tebu
Bambu
Kembang
½ kg kemenyan
Minyak Bauk (minyak khusus untuk digunakan para nelayan)
1 meter kain putih
1 gulung benang putih
Telur ayam kampung 4 butir
Setelah semua terkumpul semua masyarakat akan ikut dan saling bahu membahu dan bergotong royong untuk mengolahnya. Masyarakat membuat berbagai alat yang digunakan sebagai tempat sesaji atau persembahan untuk laut, dan juga makanan yang diolah oleh kaum perempuan. Makanan yang dibuat berupa jajan persembahan seperti cucur, wajik, ketan putih, ketan merah, rengginang, empok-empok, serta memasak, untuk kaum pria, menyediakan kopi ketika dibutuhkan terutama pada saat malam perayaan. Malam hari sebelum acara tiba, sanro atau belian selaku pemimpin prosesi melakukan persiapan diiringi oleh alunan musik-musik kampung yang diiringi oleh pereret (suling tradisional) yang mengalun di samping para sanro yang telah duduk. Semua masyarakat pesisir diharapkan untuk begadang menemani sanro yang mempersiapkan sesaji untuk dibawa ke laut. Selama waktu menunggu pagi tiba, kaum perempuan memberikan makanan (ngerampak/makan bersama) dan minuman bagi kaum pria agar tidak kelaparan ketika begadang. Namun sebagian ada juga yang tertidur tetapi posisi tetap di pinggir pantai. Di samping itu untuk mengisi kekososngan, kaum pria melakukan diskusi atau obrolan dalam membangun kebersamaan.
Keesokan harinya merupakan pelaksanaan ritual nyawen.Tepat menjelang pukul 08.00 wita prosesi pelepasan sesaji dilakukan, sebelum itu ada ritual-ritual kecil seperti menyembek dan pemasangan gelang benang di kening dan di leher menggunakan keris bertujuan agar nanti jika ada yang ikut ke tengah laut tidak terjadi hal –hal yang tidak diinginkan. Semua anak-anak dan orang tua yang mau ikut ke tengah laut diwajibkan untuk menyembek. Menyembek merupakan tradisi nenek moyang sebagai tanda bahwa acara selamatan labuhan atau kampung berjalan dengan baik. Jika dalam melakukan segala hal yang berkaitan dengan ritual laut maka akan melakukan sembek menggunakan keris yang dicelupkan ke beras kuning yang sudah ditumbuk yang diberikan air dan minyak bauk untuk selamatan atau menurunkan sampan.
Keberangkatan menuju laut dilakukan dengan menggunakan sampan yang telah dihias. Satu sampan berisi 1 boatman, anak bone, dan 2 sanro. Ketika sanro melihat tempat yang cocok maka rakit itu diberhentikan. Kemudian para sandro melepas sesaji. Jika semuanya diterima oleh yang maha kuasa maka sesaji tersebut langsung tenggelam ke dalam laut. Setelah itu dilakukan zikir kembali sebagai ungkapan rasa syukur telah terlaksananya apa yang dihajatkan oleh masyarakat setempat.
Tiga hari setelah prosesi ini dilakukan, nelayan tidak diperbolehkan untuk melaut atau melakukan aktivitas. Hal ini bertujuan untuk memberikan ruang gerak terhadap biota laut agar ikan-ikan tidak terganggu untuk bertelur. Setelah tiga hari berlalu, nelayan maupun masyarakat setempat dapat melakukan aktivitas seperti biasanya. Sebelum itu, untuk pembukaan aktivitas melaut warga melakukan zikiran dengan menggunakan bubur, setelah itu saling lempar bubur, dan mandi bersama di laut.