Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia, terletak di Asia Tenggara. Dengan lebih dari 17.000 pulau, negara ini dikenal karena keanekaragaman budaya, bahasa, dan alamnya.

Indonesia memiliki sejarah panjang yang mencakup era kerajaan-kerajaan besar seperti Majapahit dan Sriwijaya, penjajahan oleh Belanda, dan perjuangan kemerdekaan yang dipimpin oleh tokoh-tokoh seperti Soekarno dan Mohammad Hatta. Indonesia merdeka pada 17 Agustus 1945.

Indonesia memiliki ekonomi terbesar di Asia Tenggara, didukung oleh sektor pertanian, pertambangan, manufaktur, dan jasa. Sumber daya alam seperti minyak bumi, gas alam, batu bara, dan kelapa sawit memainkan peran penting dalam ekonomi negara ini.

Indonesia juga dikenal dengan kekayaan budayanya yang meliputi berbagai tarian, musik, seni rupa, dan kuliner. Setiap daerah di Indonesia memiliki tradisi dan budaya yang unik, seperti wayang di Jawa, tari kecak di Bali, dan rumah adat Toraja di Sulawesi.

Indonesia adalah rumah kebudayaan yang luar biasa. Mestinya. Tapi altar dan khasanah budaya yang maha luas dan pernah melahirkan produk produk (obyek dan subyek)  kebudayaan yang cerlang dan luhung itu terasa hampir meredup. Tergilas oleh kemajuan “budaya” global yang begitu cepat dan masif Belum juga kita bisa melepaskan diri dari superioritas Hollywood dan Bollywood, saat ini kita sudah diserbu oleh msalnya K-Pop dan K-Drama. Kita pun menjadi ‘ekor’ yang genit.

Meratapi nasib dan inferioritas kita, rasanya tidak elok. Malu pada leluhur dan pendahulu pendahulu kita. Yang bermalu, dengan segala daya dan keterbatasannya membangun episentrum kebudayaan di berbagai wilayah dan skala. Mereka menjaga,merawat dan mengembangkan kebudayaan Nusantara semampunya. Seyogyanya episentrum episentrum kebudayaan yang kecil kecil dan menyerak harus dirajut. dijahit dan kemudian dirancang menjadi busana kumparan nusantara yang elok dan mendunia.

Indonesia adalah negara yang kompleks dengan berbagai dinamika di bidang geopolitik, sosial, ekonomi, pendidikan, dan Kesehatan. Menjelang Pilkada 2024, beberapa isu utama yang menjadi perhatian adalah penggunaan politik identitas, potensi terjadinya politik uang, serta pengaruh dari koalisi-koalisi pragmatis yang terbentuk bukan berdasarkan ideologi tetapi lebih kepada kepentingan strategis untuk memenangkan pemilu.

Menghadapi kondisi saat ini dan dalam rangka “Memperkuat Otonomi Daerah  melalui Pilkada”, pada tanggal 20 Juli 2024, Agenda 45 telah melakukan Fokus Group Diskusi pakar ilmu pemerintahan dan otonomi daerah. Selanjutnya,  pada  tanggal  30  Juli  2024,  Agenda  45  juga telah menyelenggarakan Diskusi Terbatas pakar dan praktisi Pilkada dengan tema “Memperkuat Pilkada untuk mendapatkan Kepala Daerah terbaik  bagi rakyat”. Kegiatan  selanjutnya adalah menyelenggarakan diskusi lanjutan di berbagai daerah di Indonesia untuk menampung pemikiran dan masukan dari para tokoh, cendekia guna memperkaya hasil-hasil diskusi yang telah dilakukan pada tanggal 20 dan 30 Juli 2024 di Jakarta.

Berkenaan dengan acara diatas, Santiri Foundation dan Agenda 45 menyelenggarakan diskusi lanjutan di Mataram, Nusa Tenggara Barat. Kegiatan ini dihadiri oleh beberapa tokoh Masyarakat dari beragam latar belakang usia serta generasi milenial dan gen z. kegiatan ini dlaksanakan di Hotel Lombok Garden pada tanggal 12 Agustus 2024. Peserta yang hadir dalam acara ini yaitu :  Prof. Ir. Mansur Ma’sum, Ph.D (Tokoh Masyarakat), Dr. Baiq Mulianah, M.Pd.I (Rektor Universitas Nahdlatul Ulama NTB), Dr. Firmansyah, SE., MSi (Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Mataram), Sofwan, SH., M.Hum (Ahli Kebijakan), Dr. Anhar Hakim, SH., MH (ketua Ombusdman NTB periode 2019-2022/ Konsultan Kebijakan Publik), Yuga Anggana Sosani, S.Pd., M.Sn (Seniman dan Dosen Universitas Islam Negeri Mataram), Hamzah (Wakil Ketua Pemuda Muhamadyah NTB), Valian Yoga Pudya Ardhana, ST., MT (Dosen Universitas Qamarul Huda Badaruddin), Dr. Nurhandini Dwi Eka (Ketua IDAI NTB), Farida Harliya Prastika (mahasiswa berprestasi 2023), ), Nelda Hannia (Mahasiswa Ilmu komunikasi Penyiaran UIN dan Pemuda Adat), Agga Putradi (Mahasiswa Komputer Gumigora dan Spesialis IT), Kurniawan ( Staf Santiri bidang database dan pemetaan partisipatif), Shania S. Balgis (Alumni Universitas Mataram). Kegiatan ini dipandu oleh   Tjatur Kukuh (Punokawan-Host) dan Warsito (pemantik diskusi).

Dalam diskusi malam itu diawali dengan pembukaan oleh Tjatur kukuh mengenai tujuan dari pertemuan ini yang dilanjutkan dengan perkenalan peserta. Dalam kata sambutannya pak tjatur mangatakan bahwa Indonesia kecil adalah bagian dari Indonesia raya, yaitu bagaimana kita mengelola bagian dari Indonesia Raya ini dalam suatu bagian yang dinamakan Indonesia Kecil.

Selanjutnya setelah perkenalan dilanjutkan dengan pemaparan materi oleh pak Warsito tentang ide dasar dari Agenda 45 yaitu forum yang dibentuk oleh sejumlah tokoh dan pelaku gerakan masyarakat   sipil   dengan   berbagai   latar   belakang   keilmuan   dan   pekerjaan,   baik pemerintah, dunia usaha, maupun masyarakat sipil dari berbagai wilayah di Indonesia. Maksud utama dari forum ini adalah untuk memberi kontribusi nyata melalui gagasan dan aksi pembangunan nasional agar Indonesia dapat mencapai tujuan yang sudah digariskan dalam Pembukaan UUD 1945, yakni menuju Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil, dan makmur. Agenda 45 akan membahas berbagai  aspek pembangunan secara mendalam untuk menggerakkan siklus knowledge-to-policy dalam berbagai format, melakukan survey untuk menjaring pandangan dan pendapat masyarakat luas, dan juga membentuk berbagai forum di tingkat akar rumput yang dapat memperkuat perumusan kebijakan yang partisipatoris.

Kombinasi diskusi ilmiah, perumusan kebijakan berbasis data, dan konsultasi publik yang luas akan melahirkan konsep dan program pembangunan yang lebih fokus,  solid, dan mendapat dukungan publik. Khusus hal terakhir seringkali luput dari perhatian padahal rencana pembangunan yang baik tidak cukup hanya baik di atas kertas, tapi juga harus mampu menggerakkan seluruh potensi dan sumberdaya yang ada untuk mencapai tujuan pembangunan. Untuk menjangkau kalangan yang lebih luas Agenda 45 akan bekerjasama dengan media cetak dan elektronik serta mengembangkan kanal media sosial, dan membuka saluran komunikasi dua arah yang aktif.

“Sebetulnya yang menjadi prioritas pertama masalah-masalah demokratisasi, hak asasi manusia, lingkungan hidup, soal kesehatan, pendidikan, isu-isu yang banyak dibicarakan di masyarakat kita,” ucap Warsito.

Setelah Pemaparan materi, para peserta menyampaikan pendapatnya masing-masing terkait pengalaman yang dimilikiHasil dari diskusi ini yaitu banyak menyoroti soal bagaimana bangsa Indonesia sebagai yang besar namun kehilangan identitas bangsa karena melihat dinamika politik yang lebih banyak pada orientasi uang. Banyak generasi muda saat ini pesimis akan system politik saat ini. Dibutuhkan pendidikan politik bagi generasi muda untuk mengajarkan tentang politik yang baik dan benar. Karena pelibatan generasi muda saat ini di dunia politik hanya untuk agar terlihat bahwa partai politik tersebut melibatkan kaum generasi muda. Perhatian pemerintah pada Masyarakat adat juga belom maksimalkarena masih belom jelasnya wilayah Kelola Masyarakat adat yang banyak diambil alih oleh investor.

Diakhir pertemuan ditegaskan, perbaikan apa yang akan dilakukan dari agenda 45 dari hasil masukan teman-teman dari pertemuan ini. Lalu bagaimana memperkuat dan mennkonsolidasikasi  Masyarakat sipil yang ada saat ini, yang kedua bagaimana Masyarakat adat yang ada di Indonesia ini bisa didengar suaranya, lalu Bagaimana  mengukur keberhasilan yang ada di berbagai daerah dengan alat ukur yang sesuai dengan kondisi daerahnya. Selanjutnya bagaimana Sejarah perlu di reformasi lalu didesain agar bisa ditampilkan secara milenial dan gen Z, agar menarik dilihat oleh generasi muda. Pelibatan anak muda dalam politik melalui Pendidikan politik yang bertahap dan berproses.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *