“Menanam Harapan : Membangun Kembali hubungan dengan Bumi melalui Pertanian Berpotensi Dimana Saja”.
Kejadian bencana dibeberapa wilayah Indonesia dan juga luar negeri mengingatkan kita bahwa bumi tempat kita tinggal sudah semakin tua dan makin banyak kerusakan yang dilakukan oleh manusia. Di awal tahun 2024 kejadian bencana mulai dari banjir, tanah longsor, gempa, hujan badai bahkan angin putting beliung yang sangat kuat terjadi di berbagai wilayah Indonesia.
Rusaknya ekosistem yang diikuti dengan menurunnya nilai alam dan Perubahan Iklim yang semakin meningkat. Pangan, Air, Energi dan Mata Pencaharian masyarakat menjadi masalah serius untuk beberapa dekade mendatang.
Terkait hal itu, berbagai upaya telah dilakukan. Salah satunya dengan berupaya memulihkan wilayah pengelolaan dan ruang hidup masyarakat adat. Salah satu langkah yang dinilai sangat konstruktif adalah melalui Sekolah Adat Bayan (SAB), Pelestarian terumbu karang di wilayah pesisir teluk Medana dan berbagai pelestarian Lingkungan lainnya.
Kegiatan Masyarakat Bersama dengan Santiri Foundation dan lembaga lainnya tersebut merupakan bagian dari usaha menjaga kelestarian lingkungan dan sesuai dengan 17 point tujuan Pembangunan berkelanjutan yang ditetapkan oleh Perserikatan Bangsa Bangsa terutama di point 13. Mengambil aksi segera untuk memerangi perubahan iklim dan dampaknya, point 14. Mengkonservasi dan memanfaatkan secara berkelanjutan sumber daya laut, samudra dan maritim untuk pembangunan yang berkelanjutan dan point 15. Melindungi, memulihkan dan mendukung penggunaan yang berkelanjutan terhadap ekosistem daratan, mengelola hutan secara berkelanjutan, memerangi desertifikasi (penggurunan), dan menghambat dan membalikkan degradasi tanah dan menghambat hilangnya keanekaragaman hayati.
Sebagai bagian dari kepedulian terhadap lingkungan, Santiri Foundation bekerjasama dengan warung kopi Artcoffeelago dan dukungan beberapa Lembaga mengadakan peringatan Hari Bumi tanggal 22 April tahun 2024 dengan tema “Menanam Harapan : Membangun Kembali hubungan dengan Bumi melalui Pertanian Berpotensi Dimana Saja”.
Dalam kegiatan ini diadakan diskusi oleh pembicara dari kalangan muda dengan tema terkait dengan perubahan iklim terkait dengan pola tanam tradisional yang bisa disebut dengan “Wariga” dan system inovasi pertanian dengan memanfaatkan limbah plastik. Kegiatan ini diikuti oleh peserta muda dari gen Z dari beberapa Sekolah Lanjutan Tingkat Atas, komunitas photography, Lembaga yang peduli terhadap lingkungan seperti Walhi dan Koslata, juga dimeriahkan dengan hiburan music.