Festival PAUD Kepulauan dan Dikmas yang dilaksanakan di Pulau Lombok merupakan yang pertama di Indonesia sekaligus mengajak warga untuk segera bangkit dari keterpurukan setelah gempa berturut turut yang terjadi di Propinsi NTB ini pada tahun 2018.
sebelumnya juga telah diadakan pertemuan masyarakat kepulauan yang diadakan di Gili Belek kabupaten Lombok Timur dan gedung PAUD Dikmas di Mataram pada bulan Oktober tahun 2017. dihadiri oleh perwakilan dari masyarakat kepulauan di wilayah timur Indonesia. dari hasil kegiatan tersebut diinisiasi untuk merancang kurikulum PAUD berbasis kepulauan.
Festival ini juga untuk mengetahui animo masyarakat tentang perspektif pendidikan usia dini yang berbasis pada masyarakat pesisir dan kepulauan. dalam kegiatan ini akan diadakan lomba mewarnai gambar untuk anak-anak. disini akan dilihat imajinasi anak tentang hidup di kepulauan pada selembar kertas.
Pada kegiatan ini ada ada masukan atau inspirasi dari kawan-kawan lain yang tinggal di pesisir tentang sekolah, PKBM, dan PAUD. hasil pembelajaran yang terbaik akan diberikan apresiasi untuk diajak diskusi tentang konsepnya untuk selanjutnya direalisasikan pada tahun 2019. dalam kegiatan ini juga ada teman-teman seniman yang mengekspresikan tentang hidup dikepulauan.
Kegiatan ini dimulai pada tanggal 27 November 2018 dengan lomba mewarnai gambar oleh anak-anak, kemudian tanggal 28 dilanjutkan dengan workshop di sekolah Lapang dan Laboratorium di desa Santong Kecamatan Kayangan dan pada tanggal 29 dilanjutkan dengan diskusi untuk mencari solusi pada permasalahan pendidikan di kepulauan.
untuk itu pada tanggal 23 November 2018 telah diadakan pra Festival PAUD yang diselenggarakan di Warung Kopi “Artcoffelago” jalan Amir Hamzah no 96Y Karang Sukun Mataram. kegiatan ini dimaksudkan untuk sosialisasi Festival dan berdiskusi bersama praktisi kegiatan pendidikan di kepulauan. dalam kegiatan ini diisi dengan hiburan dan ngobrol bareng tentang pengalamannya dalam menjalankan pendidikan baik informal dan formal yang ada di kepulauan.
dalam acara ini selain dihadiri oleh praktisi pendidikan, juga dihadiri oleh wartawan dan seniman untuk sama-sama berdiskusi dan mencari solusi terhadap pendidikan.
Yang kedua bagaimana mempersingkat jawaban terhadap persoalan sain dan teknologi di kepulauan.
Yang ketiga adalah spiritualias, agama menjadi panduan agar tetap benar.
Praktek ini sudah dilakukan oleh temen dilapangan cuma belum terformalisasikan dengan baik.
Diskusi sperti ini akan terus dilakukan,
Mari kita jadikan ajang ini untuk diskusi. Bagaimana hasil dari festival dan worshop bisa divrealisasilan.
Taggal 27 acara pada acara lomba gambar anak anak dibiarkan berkreasi sebebasnya sesuai imajinasi Anak anak menggambar sesuai apa yang pernah mereka alami. Jurinya melihat dari kacamata seorang anak.
Gurunya saling bercerita tentang yang mereka lakukan dan alami selama menjadi guru. Penilaian dilakukan secara partisipatif untuk bercerita lebih dalam lagi. Proses ini mungkin tsmsn temen bisa memeliki masukan untuk di scale up ke tingkat yg lebih luas